Untukkarakteristik Industri yang diukur dengan jenis industri ((p-value =0,001) dan ukuran bank (p-value= 0,000), antara bank syariah dan non syariah terdapat perbedaan, karena hasil pengujian kurang Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda antara entitas yang satu dengan yang lain. Menurut Sembiring (2005) karakteristik ï»żDitunjang jumlah penduduk yang besar dan penetrasi yang belum optimal, industri asuransi di dalam negeri diyakini masih memiliki prospek yang di sisi lain, dinamika ekonomi global yang berimbas pada perekonomian nasional, perkembangan teknologi digital, menimbulkan tantangan bagi seluruh sektor, tak terkecuali asuransi. Bagaimana outlook industri ini di tahun 2020? Apa peluang dan tantangan yang menyertainya? Berikut wawancara SINDOnews dengan Direktur AXA Mandiri Cecil Mundisugih. Bagaimana pandangan Anda mengenai kondisi ekonomi secara keseluruhan di 2020?Perekonomian Indonesia di tahun 2020 diprediksi akan melambat jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian, proyeksi ekonomi 2020 yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 61/2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2020 ditetapkan masih tumbuh sekitar 5,5%. Hal ini lebih baik bila dibandingkan dengan pertumbuhan negara-negara lainnya. Oleh karena itu, Indonesia masih menjadi tujuan investasi favorit bagi negara Luar Negeri Indonesia meningkat10,3% yoy dengan struktur yang tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio utang Indonesia terhadap PDB pada triwulan III/2019 yang masih sehat di level 36,3%.Bagaimana dengan pengaruh eksternal atau dinamika ekonomi global?Di era globalisasi seperti saat ini, kita pasti akan dipengaruhi pula oleh kondisi global. Ketegangan atas perang dagang AS dan Tiongkok akan masih mendominasi situasi geopolitik di tahun 2020. Perubahan ekonomi ini juga akan berdampak terhadap industri asuransi, dimana ketidakpastian global menyebabkan volatilitas pada nilai investasi unitlink pada mengenai asuransi, menurut Anda seperti apa prospeknya tahun ini?Selain mendapat pengaruh dari kondisi ekonomi, industri asuransi juga memiliki kaitan yang erat dengan kondisi industri layanan kesehatan. Saat ini tercatat 81,1% penduduk Indonesia sudah menjadi peserta BPJS. Artinya kesadaran masyarakat akan manfaat perlindungan kesehatan sudah cukup baik. Hal ini menjadi peluang bagi industri asuransi untuk memberikan layanan kesehatan tambahan atau bahkan lebih baik bagi masyarakat Indonesia yang semakin sadar pentingnya menyiapkan proteksi terhadap diri dan bagi dengan apa yang disampaikan oleh AAJI pada acara "Insurance Market Leader Award 2019 & Insurance Outlook 2020" lalu, kami juga optimis kalau industri Asuransi Jiwa akan terus tumbuh di tahun 2020. Jumlah penduduk Indonesia yang besar, disebut menjadi alasan utama potensi pertumbuhan industri, serta didukung oleh perkembangan teknologi digital dan meleknya generasi milenial akan perlunya dengan perkembangan teknologi digital yang kian masif, apa pengaruhnya pada industri asuransi?Perkembangan teknologi digital yang kian masif menjadi peluang baru bagi banyak hal, termasuk industri asuransi. Berbagai hal yang berhubungan dengan teknologi akan mudah didapatkan. Akses internet yang semakin baik di berbagai daerah, serta akses informasi yang semakin terbuka lebar turut membantu perkembangan industri asuransi. Artinya, asuransi akan memanfaatkan momentum ini untuk menjangkau nasabah lebih banyak bagaimana dengan strategi AXA Mandiri menghadapi masifnya perkembangan teknologi saat ini?Digitalisasi selalu menjadi bagian dari agenda Bank Mandiri dan AXA. Untuk AXA Mandiri sendiri, kami melakukan investasi untuk pengembangan digital secara end to end, mulai dari layanan kepada nasabah, hingga kegiatan karyawan back advisor yang ada di cabang-cabang Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri di seluruh Indonesia juga sudah dilengkapi dengan digital tools. Yang tak kalah pentingnya AXA Mandiri juga tengah berinvesatasi pada data analisis untuk mengembangkan bisnis. Hal ini dilakukan karena kami memahami betul bahwa masa depan adalah mengenai data. Kita harus bisa mengoptimalkan data yang ada untuk bisa mengenal nasabah kita lebih baik Mandiri selalu berusaha mengerti nasabah kami secara menyeluruh, mulai dari produk yang mereka miliki, sejarah klaim, transaksi, dan lain-lain. Kami menyatukan semua data yang ada, lalu melakukan analisis dan memperkayanya dengan pengetahuan dari sisi bisnis. Dengan demikian, kami dapat menyediakan solusi, serta layanan yang mereka butuhkan secara ini semua sektor menyasar kaum milenial sebagai pasar potensial, bagaimana dengan AXA Mandiri?Jika kita lihat dari definisi generasi milennial, misalnya dari open sources, yaitu mereka yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996 atau mereka berusia 23-38 tahun. Artinya mereka berada di usia produktif yang akan atau sedang mengalami berbagai hal luar biasa dalam perjalanan hidup mereka. Sebut saja, mendapatkan pekerjaan pertama, menikah, mendapatkan anak pertama, memiliki KPR pertama, dan senior milenial mungkin juga sudah menduduki posisi penting di pekerjaan milennial ini memiliki berbagai macam hal yang sangat berharga dalam fase hidup mereka saat ini. Jadi sangat wajar bagi mereka untuk melindungi aspek penting seperti keluarga, gaya hidup, maupun masa depan mereka. Asuransi dapat menjadi solusi untuk memberikan perlindungan yang mereka butuhkan dan di saat yang sama merencanakan masa depan yang lebih ini AXA Mandiri memiliki 39% nasabah yang tergolong generasi milenial. Oleh karena itu, kami tidak hanya akan fokus untuk menyasar milenial, tetapi juga akan menjaga mereka sebagai komitmen AXA Mandiri untuk meningkatkan kinerja di 2020?AXA Mandiri akan terus fokus untuk menyediakan solusi proteksi dan kesehatan, karena disitulah peran penting asuransi, yaitu untuk memberikan manfaat perlindungan. AXA Mandiri akan terus melakukan inovasi produk dan layanan di berbagai lini informasi, sepanjang tahun 2019 AXA Mandiri telah meluncurkan berbagai macam solusi perlindungan asuransi, khususnya untuk solusi perlindungan kesehatan, perlindungan penyakit kritis, perlindungan untuk penyakit kanker tahap awal, hingga cardiac. Dengan berbagai inisiatif tersebut AXA Mandiri telah membukukan kinerja yang baik pada periode kuartal III/2019 diceritakan sedikit mengenai capaian perseroan?Pada kuartal III/2019, AXA Mandiri mencatatkan GWP gross written premium Rp6,9 triliun. Angka ini naik 6% bila dibandingkan dengan periode sebelumnya tahun lalu. Sementara aset AXA Mandiri juga tercatat sebesar lebih dari Rp30,2 triliun, naik 9% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dan RBC risk based capital tercatat 525,2% atau jauh di atas batas minimum yang ditentukan oleh OJK Otoritas Jasa Keuangan.Bagaimana dengan strategi pengembangan ke depan?Dengan nilai dana kelolaan lebih dari Rp20 triliun, kami terus mengembangkan beberapa strategi investasi baru pada produk saving. Pada tahun 2019 kami sempat meluncurkan produk asuransi unitlink yang dapat menjadi pilihan solusi proteksi yang secara komprehensif memberikan manfaat perlindungan jiwa, investasi optimal dengan pilihan yang beraneka ragam. Melalui produk ini kami membantu nasabah dalam melakukan diversifikasi investasi mereka melalui multimanager langkah atau strategi lainnya? Selain itu, kami juga terus melakukan edukasi dan literasi untuk meningkatkan tingkat literasi dan inklusi asuransi nasional. Hal ini juga diimbangi dengan terus meningkatkan kualitas SDM termasuk tenaga pemasar agar dapat membantu masyarakat di setiap tahap kehidupan mereka dalam mendapat perlindungan asuransi yang sesuai.fjo
Industrifarmasi adalah salah satu industri yang sangat ketat aturannya (high regulated) menjadikannya banyak tantangan. Regulasi yang "mejerat"nya antara lain CPOB, K3L (pembuangan limbah) dan lain-lain. Berikut karakteristik industri farmasi pada umumnya: Industri farmasi menghasilkan obat, obat dampaknya adalah ke life saving (nyawa
JAKARTA, - Pengamat asuransi Irvan Rahardjo menilai tahun 2022 akan menjadi tahun yang baik untuk industri asuransi. Hal itu terlihat dari kondisi perekonomian yang mulai membaik seiring meredanya pandemi Covid 19. “Saya kira bisa, karena ekonomi sudah tumbuh 5,01 persen pada kuartal pertama 2022, dan itu diperkirakan akan terus meningkat,” tutur Irvan dalam siaran pers, Senin 23/5/2022. Ia menambahkan, meskipun industri asuransi memiliki potensi pertumbuhan yang besar, tetapi perusahaan asuransi perlu mewaspadai tentang citra asuransi di ini ia bilang berkaitan dengan belum pulihnya citra asuransi setelah diterpa kasus gagal bayar sejumlah perusahaan asuransi seperti Jiwasraya, Bumiputera, Kresna Life, dan juga Wanaartha Life. Baca juga BPJS Kesehatan Diminta Tingkatkan Literasi Masyarakat tentang Asuransi Sosial Berdasarkan data dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia AAJI, ia membeberkan industri asuransi jiwa membukukan total pendapatan Rp 241,17 triliun sepanjang 2021 atau tumbuh 11,9 persen year on year yoy. Adapun, ia menjelaskan pertumbuhan tersebut ditopang perolehan premi yang mencapai Rp 202,93 triliun atau naik 8,2 persen yoy. "Perolehan premi ini bahkan melampaui perolehan premi di 2019, masa sebelum pandemi Covid-19," kata dia. Sebelumnya, Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon juga mengatakan ada sinyal pertumbuhan industri asuransi pada tahun 2022 ini. Baca juga Literasi Keuangan di RI Baru 3,18 Persen, Penetrasi Asuransi Melempem "Seiring mulai bangkitnya aktivitas ekonomi masyarakat dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berasuransi telah mendorong pendapatan premi asuransi jiwa," kata dia. Salah satu perusahaan asuransi, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Manulife Indonesia misalnya, pada tahun 2021 berhasil membukukan pendapatan bersih premi asuransi sebesar Rp 12,1 triliun. Angka ini mengingkat sebesar 42 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Selain itu berdasarkan Annualized Premium Equivalent APE, kinerja premi bisnis baru perusahaan ini di tahun 2021 tumbuh dua digit sebesar 35 persen menjadi Rp 7,5 triliun di tahun 2021. Pada periode yang sama tahun lalu, jumlahnya sekitar Rp 5,6 triliun. Baca juga Asuransi Syariah untuk Keluarga Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Takterkecuali dengan perusahaan asuransi. Industri asuransi memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya, sehingga jenis-jenis perkiraan dalam laporan keuangannya juga berbeda. Perbedaan mendasar antara industri asuransi dengan industri lain pada umumnya terletak pada fungsi underwriting (pe ngelolaan risiko) da n fungsi BagasRidha TriasasonoNIM dapat mengcover risiko-risio yang akan Jelaskan risiko-risio yang dapat dicover oleh asuransib. Berikan contoh risiko yang dapat dicover asuransi dan risiko yang tidak dapat dicoverasuransiRisiko yang Akan Ditanggung Oleh Pihak AsuransiHarus ada objek yang dipertanggungkanatau yang diasuransikan misalnya harta benda, sakit, kerugian dan lain sebagainya. Dampakdari risiko tersebut bisa dinilai dengan uang atau secara finansial. Risiko yang dapatditanggung harus bersifat homogen dan umum yang Akan Ditanggung Oleh Pihak AsuransiObyek yang diasuransikan tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku dankepentingan umum. Misalnya, narkoba tidak bisa dijadikan sebagai obyek asuransi.Harus ada objek yang dipertanggungkan atau yang diasuransikan misalnya hartabenda, sakit, kerugian dan lain sebagainya.Dampak dari risiko tersebut bisa dinilai dengan uang atau secara to read all 2 pages?Previewing 2 of 2 pagesUpload your study docs or become a of previewWant to read all 2 pages?Upload your study docs or become a member. Sifatsifat hasil pertanian penting diketahui, terutama untuk keperluan pemasaran. Hasil atau produk pertanian memiliki sifat berbeda dengan produk non pertanian. Secara kualitas tiap unit prodaknya sudah dapat dilihat perbedaanya, jika produk industri dapat mengahasilkan produk yang seragam, namun jika pertanian akan menghasilkan produk yang beragam. Tugas 2 Manajemen Risiko dan Tugas 2 berikut dapat mengcover risiko-risiko yang akan dihadapi. Jelaskan risiko-risiko yang dapatdicover oleh asuransi dan berikan dan jelaskan risiko yang tidak dapat dicover asuransi dan berikan asuransi memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya. Salah satuyang membedakan adalah dalam hal menentukan tarif. Pada saat menentukan tarif, sebaiknyaharus memperhatikan beberapa faktor-faktor agar diperoleh tarif perbedaan unsur-unsur apa saja agar dapat menetapkan tarif yang diketik dengan huruf Times New Roman font 12 dan di-upload dalam format Pdf. padatempat yang disediakan. Hindari plagiasi, jika mengutip pendapat orang lain silakan yang dapat dicover oleh asuransi antara lainKerugian karena Risiko bisa ditentukan dan diukur, jika kerugian tidak bisa diukurmaka perusahaan asuransi tidak akan bisa membuat kontrak asuransi.Risiko yang mempunyai kemiripan dan banyak, salah satu persyaratan penting darisudut pandang perusahaan asuransi adalah risiko yang diasuransikan bisadiperkirakan dimuka. Perusahaan asuranu bisa memperkirakan lebih baik jika risikotersebut cukup banyak dan mirip satu sama lain.Kerugian harus terjadi karena ketidaksengajaan atau karena kecelakaan, risikomuncul karena adanya ketidak pastian. Jika ketidakpastian bisa dihilangkan, makatidak ada risiko, dan karenanya tidak akan ada asuransi.
industri asuransi memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya
BangsaIndonesia juga punya karakter, kultur, dan tradisi yang berbeda dengan negara-negara maju. Dengan sifat kebersamaan, kekeluargaan, dan sifat-sifat sosial lainnya yang khas dan unik, bangsa ini tidak bisa sepenuhnya melebur ke dalam digitalisasi asuransi. Peran SDM industri asuransi terhadap perekonomian nasional tak boleh dianggap enteng.
Was this document helpful?Leave a comment or say thanksNama Mahasiswa RiadiNim Mahasiwa 041932957Tugas 2 / ADBI4211Soal 1. Asuransi dapat mengcover risiko-risiko yang akan dihadapi. Asuransi dapat mengcover risiko-risiko yang akan dihadapi. Jelaskan risiko-risiko yang dapat dicover oleh asuransi dan Identifikasi dan jelaskan risiko yang tidak dapat dicover asuransi dan berikan contohnya3. Industri asuransi memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya. Salah satu yangmembedakan adalah dalam hal menentukan tarif. Pada saat menentukan tarif, sebaiknya harusmemperhatikan beberapa faktor-faktor agar diperoleh tarif Jelaskan perbedaan Jelaskan unsur-unsur apa saja agar dapat menetapkan tarif yang Perusahaan asuransi memiliki kriteria-kriteria penting yang menjadi dasar apakah sesuatu bisadiasuransikan atau tidak. Kriteria-kriteria resiko tersebut sebagai berikut 1. Kerugian terjadi secara kebetulanSesuatu hal baru dapat diasuransikan apabila memiliki unsur kebetulan. Artinya, kerugiantersebut disebabkan oleh kejadian yang tidak diperkirakan sebelumnya atau tidak disengaja.
Macabentamenekankan bahwa lima kelompok utama Amerika keturunan Asia memiliki ciri - ciri pasar tersendiri yang sangat spesifik, berbicara dengan bahasa yang berbeda, mengkonsumsi makan yang berbeda, menganut agama yang berbeda, dan mewakili budaya nasional yang sangat berbeda. Program Studi Teknik Industri UWP 37 Buku Ajar manajemen pemasaran
Jakarta, CNBC Indonesia - Masa depan pemasaran industri asuransi bukan lagi terletak pada kanal keagenan ataupun pemasaran melalui bank. Teknologi digital diprediksi akan menjadi sarana pemasaran wajib bagi perusahaan asuransi di masa depan. Lantas, segmen masyarakat seperti apa yang menjadi sasaran pemasaran berbasis digital ini. Kaum milenial akan menjadi sasaran semua perusahaan asuransi, tidak hanya perusahaan asuransi berbasis digital, namun perusahaan asuransi lain yang baru tersadar akan derasnya disrupsi sampai nanti ada perusahaan non asuransi masuk ke industri asuransi dengan model berbeda seperti hantu. Bagaimanakah pelaku industri asuransi memandang hal tersebut, berikut petikan wawancara oleh Senior Reporter Gita Rossiana dan Head of Brand Newsroom Donald Banjarnahor mewakili CNBC Indonesia dengan Direktur Utama PT. Asuransi Adira Dinamika Adira Insurance Julian Noor di Graha Adira, Jumat 12/1/2018. Bagaimana bapak memandang perkembangan teknologi saat ini dan dampaknya terhadap industri asuransi? Pada era digitalisasi seperti saat ini, pemasaran asuransi akan mengarah kepada penggunaan aplikasi. Proses pemasaran asuransi menggunakan aplikasi ini berbeda dari cara konvensional yang selama ini dilakukan oleh perusahaan asuransi. Di sini, produk yang dijual tetap sama, namun kemasan pemasarannya muncul dengan tampilan yang berbeda. Lalu, sudahkah Adira Insurance menyadari pentingnya teknologi ini dan mengaplikasikan kepada produk perusahaan? Sebagai perusahaan yang memiliki konsentrasi di asuransi kendaraan bermotor, pada 2018, kami akan tetap konsentrasi di segmen tersebut. Selain itu, kami juga mulai ekspansi ke asuransi properti, namun dikembangkan dengan mencoba diversifikasi channel. Distribusi yang kami akan pergunakan untuk asuransi properti adalah melalui digital. Pada kuartal pertama tahun 2018 ini, kami akan meluncurkan layanan pemasaran asuransi properti melalui digital tersebut. Adapun alasan kami memasarkan asuransi properti secara digital adalah untuk memudahkan masyarakat membeli properti, karena umumnya orang yang membeli menganggap hal itu rumit. Selain asuransi properti, apakah pemasaran asuransi secara digital juga dilakukan untuk produk lain? Selain asuransi properti, kami juga memasarkan asuransi secara digital untuk produk asuransi kesehatan dan kecelakaan diri. Dua produk ini menjadi produk unggulan kami dan sekarang sedang diubah jaringan distribusinya. Lalu, segmen masyarakat seperti apa yang menjadi sasaran dalam pemasaran asuransi berbasis digital? Segmen masyarakat milenial menjadi sasaran dalam pemasaran asuransi berbasis digital. Namun saat ini, kaum milenial masih dalam masa transisi untuk menjadi pembeli asuransi sehingga periode ini bisa digunakan sebagai periode investasi bagi perusahaan asuransi. Pada 2018-2019, produk asuransi konvensional masih akan tetap dominan, tetapi pada tahun 2020 ke atas, ketika generasi milenial menjadi pembeli utama asuransi, maka saat itu perusahaan asuransi harus segera menyesuaikan produk dengan karakter Julian NoorCNBC Indonesia/Muhammad Sabki Akan tetapi, generasi milenial kurang mengenal mengenai asuransi, bagaimana bapak memandang mengenai hal ini? Hal penting terkait pemasaran asuransi adalah perusahaan asuransi harus menyadari kesadaran masyarakat secara umum mengenai asuransi rendah dan hal itu juga melanda generasi milenial. Dalam hal ini, perusahaan asuransi menghadapi tantangan untuk mengedukasi generasi milenial menjadi pembeli asuransi. Metode yang dipergunakan bisa melalui media sosial ataupun edukasi kreatif lainnya. Hal ini dikarenakan kita harus bisa masuk dengan cara mereka, tidak bisa menggunakan cara lama. Di Adira Insurance, sudah berapa besar segmen generasi milenial yang menjadi pemegang polis asuransi? Belum signifikan pertumbuhannya. Namun kami optimis bisa bertumbuh signifikan karena kami mengemas produk asuransi perjalanan yang erat kaitannya dengan generasi milenial. Misalnya ketika pergi ke Rajat Ampat, milenial pergi ke tempat yang belum pernah didatangi sebelumnya. Saat ini, semua itu serba mudah karena sudah bisa beli tiket pesawat sendiri, pesan hotel pun mudah. Lalu, kami melihat seorang milenial yang berpergian tersebut tentu memiliki risiko seperti kehilangan barang, keterlambatan jadwal pesawat, dan lainnya. Nah, hal itu yang kami jelaskan ke mereka, kaerna di setiap leisure yang mereka lakukan, ada risiko yang bisa di-cover asuransi. Lalu, menurut bapak apa saja keuntungan yang bisa diperoleh dengan pemasaran asuransi melalui digital? Efisiensi tentu menjadi sebuah keuntungan. Saya melihat ada dua dampak efisiensi yang bisa timbul dari pemasaran asuransi secara digital. Pertama, hal tersebut bisa berpengaruh kepada pengurangan jumlah karyawan yang bisa berdampak pada penurunan biaya perusahaan. Selanjutnya adalah kecepatan proses persetujuan asuransi, yang jauh lebih pendek, yang selama ini prosesnya bisa satu hari dengan teknologi bisa satu jam. Peningkatan efisiensi saya kira bisa mencapai 20% pada 2020. Kita lihat beberapa bulan saja sudah terjadi peningkatan efisiensi yang luar biasa. Lalu, hal apa yang harus diwaspadai perusahaan asuransi dalam era digital seperti saat ini? Adanya disrupsi teknologi yang beredar saat ini perlu diwaspadai, karena akan datang perusahaan asuransi yang hadir dengan model yang berbeda. Jangan sampai nanti ada perusahaan non asuransi masuk ke industri asuransi dengan model berbeda, hal ini harus kita deteksi. Seperti hantu menurut saya. Sejauh ini sudah ada yang mengembangkan hal itu, namun kalau melihat perkembangan teknologi, bentuk seperti ini ada ternyata. Di Adira Insurance kami sudah mengantisipasi hal tersebut supaya tidak menjadi perusahaan yang kaget dengan disrupsi yang CNBC Indonesia/Muhammad Sabki Apa yang harus dilakukan regulator untuk menghadapi perkembangan teknologi seperti saat ini? Bagi regulator, mereka harus melihat apakah akan membiarkan hal ini terus berjalan, supaya tidak menganggu perkembangannya. Di sisi lain, apakah harus membuat regulasi dan mengaturnya. Semua ada keuntungan dan kerugian masing-masing. Menurut bapak, pilihan kebijakan apa yang harus diambil regulator? Di era disrupsi seperti saat ini, regulator tidak bisa membatasi teknologi sama halnya ketika terjadi konflik antara taxi konvensional dengan Grab ataupun Gojek. Jadi kami meminta OJK tidak terlalu kaku, karena industri sebenarnya butuh ruang untuk berkembang. Artikel Selanjutnya Industri Asuransi Terkena Dampak Pelemahan Rupiah dru Lembagapembiayaan dan perusahaan asuransi adalah dua jenis perusahaan atau badan usaha yang bergerak dalam bidang finansial, tetapi memiliki tujuan dan bentuk perusahaan yang berbeda. Keduanya membantu hajat hidup orang banyak dengan cara kerja yang berbeda. Secara garis besar, lembaga pembiayaan dan perusahaan asuransi memiliki banyak perbedaan dalam berbagai hal.

JAKARTA — Industri asuransi jiwa dinilai memiliki tiga strategi kunci untuk mencapai peluang utama pengembangan industri dalam satu dekade mendatang. Saat ini industri terus mencatatkan pertumbuhan, khususnya di negara berkembang, terutama di Asia. Dalam laporan bertajuk The Future of Life Insurance, lembaga riset McKinsey menyatakan bahwa kontribusi premi asuransi jiwa di negara-negara berkembang mencatatkan pertumbuhan terhadap total premi secara global. Pada 2010, total premi global asuransi jiwa mencapai US$ miliar dan pada 2019 tumbuh menjadi US$ satu dekade terakhir tercatat adanya pertumbuhan premi asuransi jiwa secara global sebesar US$621 miliar. Dari jumlah tersebut, 52 persen di antaranya berasal dari negara berkembang dan sisanya dari negara maju, yang masyarakatnya telah memiliki pemahaman tentang asuransi lebih baik."Negara berkembang, terutama pasar berkembang di Asia yang sebelumnya merupakan kontributor kecil, telah menjadi pendorong pertumbuhan global dan sekarang menyumbang lebih dari setengah pertumbuhan premi global dan 84 persen pertumbuhan anuitas individu," demikian dikutip Bisnis dari laporan McKinsey, Rabu 30/9/2020. Lembaga riset tersebut menilai bahwa industri asuransi jiwa memiliki sejumlah peluang yang menjanjikan dalam dekade mendatang, salah satunya karena permintaan asuransi secara global mencapai titik tertingginya sepanjang masa. Adanya pandemi Covid-19 membuat masyarakat dunia memerlukan perlindungan jiwa dan menangkap peluang tersebut, McKinsey menilai terdapat tiga strategi yang perlu diadaptasi oleh industri asuransi jiwa selama satu dekade ke depan. Pertama, yakni mempersonalisasi setiap aspek pengalaman nasabah, salah satunya dengan menjadikannya produk yang sesuai JugaKe Mana Dana Asuransi Jiwa Ditempatkan Saat Kinerja Saham Loyo?Imbas Corona, Premi dan Total Pendapatan Industri Asuransi Jiwa AnjlokIndustri asuransi jiwa dinilai perlu mengubah fokusnya dari memberikan mitigasi risiko melalui proteksi menjadi mitra nasabah dalam mengelola keuangan dan manajemen kesehatan yang terukur. Menurut McKinsey, penurunan risiko kematian jangka panjang menjadi alasan utama adaptasi strategi tersebut."Penyakit tidak menular yang berkaitan erat dengan gaya hidup akan menyebabkan 71 persen dari semua kematian secara global dan meningkatan proposisi risiko kematian. Kami percaya faktor-faktor ini akan memotivasi perusahaan asuransi jiwa untuk melibatkan nasabah dalam menerapkan nilai-nilai hidup sehat untuk meningkatkan usia hidup," tertulis dalam laporan menilai bahwa pemanfaatan teknologi dan fokus industri dalam menemani kehidupan nasabah dapat memengaruhi proses underwriting asuransi jiwa dan pendekatan aktuarialnya. Hal tersebut setidaknya akan bergantung kepada tiga data utama dari nasabah, yakni gaya hidup, kesehatan dan lingkungan, serta riwayat kedua yang dapat diadopsi industri asuransi jiwa adalah pengembangan solusi produk yang fleksibel terhadap berbagai perubahan regulasi dan suku bunga. Tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19 ini perlu menjadi perhatian besar karena dapat menimbulkan ketidakpastian suku bunga, yang berpengaruh terhadap imbal hasil investasi perusahaan asuransi jiwa tercatat mulai menambah portofolio investasinya di pasar modal seiring berkembangnya produk unit-linked, sejalan dengan tumbuhnya premi produk tersebut hingga US$76 miliar secara global pada 2015–2019. Dari jumlah tersebut, US$13 miliar di antaranya berasal dari kondisi tersebut, industri asuransi jiwa dapat memberikan solusi asuransi yang ada dalam berbagai tahap kehidupan, seiring semakin banyaknya jenis proteksi yang diperlukan. McKinsey menyebutkan berbagai risiko yang menghantui dalam dekade selanjutnya seperti naiknya tingkat perceraian, ketidakamanan pekerjaan, hingga kehilangan ketiga yakni pengembangan kembali keterampilan dan kemampuan semua unsur industri asuransi jiwa. McKinsey menilai bahwa perusahaan asuransi jiwa harus mampu merespon dan menangkap perubahan keterampilan dan karakteristik tenaga kerja di masa depan."Pada 2030, 44 persen aktivitas kerja asuransi berpotensi diotomasikan. Peran yang berfokus kepada pekerjaan berulang dan proses manual tidak akan lagi seperti bentuknya saat ini, sedangkan pekerjaan yang berkaitan dengan pemahaman teknologi digital akan meningkat nilainya," tertulis dalam laporan itu akan berkaitan dengan pemanfaatan teknologi dalam omnichannel, yakni pendekatan kepada nasabah sekaligus melalui online dan offline. Hal tersebut akan menuntut agen asuransi untuk semakin memiliki keterampilan emosional, interpersonal, dan begitu, McKinsey menekankan bahwa perubahan lanskap tenaga kerja itu tidak akan menghilangkan pekerjaan, melainkan mengubah sifat dari pekerjaan di industri asuransi. Bahkan perubahan itu menjadi lebih cepat terjadi akibat pandemi Covid-19."Perusahaan asuransi jiwa dapat mengandalkan akuisisi untuk pemberdayaan teknologi dan pengembangan kemampuan. Dekade terakhir telah menunjukkan kebangkitan insurtech, yang menarik hampir US$4 miliar pendanaan dari modal ventura global hanya pada 2018," tertulis dalam laporan tersebut. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam

MenurutFirdaus, tarif premi asuransi properti dan kendaraan bermotor memiliki nilai yang berbeda-beda tergantung dari kelasnya. Begitu juga untuk jenis risiko khusus seperti banjir, gempa bumi, letusan gunung berapi dan tsunami. Mulai dari konstruksi, wilayah hingga penggunaan objek. Direktur Eksekutif AAUI Julian Noor menyambut baik SE ini.
100% found this document useful 1 vote211 views3 pagesOriginal TitleTugas 2 Manajemen Resiko dan Asuransi.docxCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote211 views3 pagesTugas 2 Manajemen Resiko Dan AsuransiOriginal TitleTugas 2 Manajemen Resiko dan Asuransi.docxJump to Page You are on page 1of 3Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Soal2 Tugas Manajemen Resiko dan Asuransi. 2. Industri asuransi memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya. Salah satu yang membedakan adalah dalam hal menentukan tarif. Pada saat menentukan tarif, sebaiknya harus memperhatikan faktor-faktor agar diperoleh tarif ideal. Jelaskan perbedaan tersebut.
Industri bisnis asuransi yang berjalan pada umumnya memiliki karakter yang sangat berbeda dengan industri-industri lainnya. Tidak ada objek berupa barang atau produk fisik yang mudah dilihat dengan mata. Bisnis asuransi adalah “bisnis janji” di mana manfaatnya baru bisa dinikmati atau diperoleh saat konsumen mengalami kerugian saat terjadi suatu musibah atau kecelakaan. Jika dalam jual beli produk fisik, tanggung jawab penjual atau produsen biasanya dibatasi setelah masa warranty berakhir tidak lebih dari 1 tahun, maka dalam asuransi, masa tanggung jawab atau liability perusahaan asuransi akan berjalan terus sejak polis dinyatakan aktif sampai dengan tanggal berakhirnya pertanggungan. Dalam dunia risk management, beberapa risiko yang dialami atau dihadapi secara operasional akan dialihkan transferred ke perusahaan asuransi. Sebagian risiko yang dihadapi mungkin akan ditahan sendiri sebagai own retention atau self insurance guna meminimalisir cost atau biaya asuransi. Nilai potensi kerugian yang terjadi dalam berbagai aktivitas bisnis sesungguhnya sulit untuk dikuantifikasi atau diukur. Risiko yang dialihkan ke perusahaan asuransi dan dikelola secara keseluruhan dalam entitas bisnis asuransi pada dasarnya hanya sebagian kecil dari potensi risiko yang sebenarnya. B anyak risiko-risiko yang tidak dapat diakomodir secara bisnis oleh entitas bisnis asuransi, seperti risiko politik, risiko kehilangan pasar atau market, risiko berkurangnya nilai barang karena tidak terjual, dan lain-lain. Perusahaan asuransi terbatas hanya menjamin risiko-risiko yang dapat diukur secara finansial nilai kerugiannya, seperti bangunan pabrik atau inventory yang rusak atau musnah karena kebakaran, dinding pembatas pabrik yang jebol karena terjangan banjir, atau struktur beton bangunan yang retak karena peristiwa gempa bumi, dan sebagainya. Dengan demikian, secara spiritual, potensi riil risiko yang dialami manusia adalah sesuatu yang bersifat kecil saja dibandingkan dengan sisanya yang masih menjadi rahasia Allah SWT. Dalam pendekatan teologi, sesungguhnya bisnis asuransi adalah bisnis yang sejatinya memerlukan hubungan yang kuat antara manusia dengan Allah SWT karena apa pun yang terjadi selama bukan unsur kesengajaan, semuanya mengikuti kehendak Allah atas dasar takdir dan kehendak-Nya. Sayangnya, di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam masih ditemui persepsi atau pandangan yang kurang tepat mengenai asuransi dimana sebagian kaum muslim di negeri ini menyatakan bahwa asuransi adalah “alat” untuk melawan takdir Allah SWT. Pandangan ini tentu saja perlu diluruskan bahwa kecelakaan atau kematian seseorang memang merupakan hak prerogatif Allah SWT yang tidak bisa dicegah oleh siapa pun dan kekuatan mana pun peristiwa ini termasuk kejadian yang tidak ditentukan oleh nidzom wujud namun berada diluar kekuasan manusia. Allah SWT berfirman “Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal kematianmu” QS. Al-An’am ayat 2. Di ayat lainnya Allah SWT menyatakan, “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” QS. An-Nisaa ayat 78. Atas dasar bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak dapat lepas dari takdir Allah SWT maka dalam menjalankan bisnis asuransi yang berkaitan dengan aspek ini perlu diperkenalkan atau diintrodusir corporate value yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan di bidang lain. Corporate value yang menjelma menjadi industry value perlu ditanamkan di kalangan insan perindustrian asuransi tanpa melihat dari mana perusahaan tersebut berasal. Industrial value yang mengakar dan tertanam kuat di kalangan industri asuransi akan mampu menyatukan dan menjiwai hubungan antar perusahaan sehingga secara kuantitas dan kualitas, nilai-nilai yang berlaku dapat menjadi semacam budaya perusahaan yang baku, diantaranya diperlukan corporate value yang mengedepankan aspek amanah dan kejujuran, profesional, dan kebersamaan. Jika nilai-nilai di atas terus dipupuk dan ditegakkan sesama pelaku industri asuransi, niscaya keberadaan industri ini akan mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat, serta mampu menjadi pilar bagi keamanan ekonomi nasional. Page 2 Industri bisnis asuransi yang berjalan pada umumnya memiliki karakter yang sangat berbeda dengan industri-industri lainnya. Tidak ada objek berupa barang atau produk fisik yang mudah dilihat dengan mata. Bisnis asuransi adalah “bisnis janji” di mana manfaatnya baru bisa dinikmati atau diperoleh saat konsumen mengalami kerugian saat terjadi suatu musibah atau kecelakaan. Jika dalam jual beli produk fisik, tanggung jawab penjual atau produsen biasanya dibatasi setelah masa warranty berakhir tidak lebih dari 1 tahun, maka dalam asuransi, masa tanggung jawab atau liability perusahaan asuransi akan berjalan terus sejak polis dinyatakan aktif sampai dengan tanggal berakhirnya pertanggungan. Dalam dunia risk management, beberapa risiko yang dialami atau dihadapi secara operasional akan dialihkan transferred ke perusahaan asuransi. Sebagian risiko yang dihadapi mungkin akan ditahan sendiri sebagai own retention atau self insurance guna meminimalisir cost atau biaya asuransi. Nilai potensi kerugian yang terjadi dalam berbagai aktivitas bisnis sesungguhnya sulit untuk dikuantifikasi atau diukur. Risiko yang dialihkan ke perusahaan asuransi dan dikelola secara keseluruhan dalam entitas bisnis asuransi pada dasarnya hanya sebagian kecil dari potensi risiko yang sebenarnya. B anyak risiko-risiko yang tidak dapat diakomodir secara bisnis oleh entitas bisnis asuransi, seperti risiko politik, risiko kehilangan pasar atau market, risiko berkurangnya nilai barang karena tidak terjual, dan lain-lain. Perusahaan asuransi terbatas hanya menjamin risiko-risiko yang dapat diukur secara finansial nilai kerugiannya, seperti bangunan pabrik atau inventory yang rusak atau musnah karena kebakaran, dinding pembatas pabrik yang jebol karena terjangan banjir, atau struktur beton bangunan yang retak karena peristiwa gempa bumi, dan sebagainya. Dengan demikian, secara spiritual, potensi riil risiko yang dialami manusia adalah sesuatu yang bersifat kecil saja dibandingkan dengan sisanya yang masih menjadi rahasia Allah SWT. Dalam pendekatan teologi, sesungguhnya bisnis asuransi adalah bisnis yang sejatinya memerlukan hubungan yang kuat antara manusia dengan Allah SWT karena apa pun yang terjadi selama bukan unsur kesengajaan, semuanya mengikuti kehendak Allah atas dasar takdir dan kehendak-Nya. Sayangnya, di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam masih ditemui persepsi atau pandangan yang kurang tepat mengenai asuransi dimana sebagian kaum muslim di negeri ini menyatakan bahwa asuransi adalah “alat” untuk melawan takdir Allah SWT. Pandangan ini tentu saja perlu diluruskan bahwa kecelakaan atau kematian seseorang memang merupakan hak prerogatif Allah SWT yang tidak bisa dicegah oleh siapa pun dan kekuatan mana pun peristiwa ini termasuk kejadian yang tidak ditentukan oleh nidzom wujud namun berada diluar kekuasan manusia. Allah SWT berfirman “Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal kematianmu” QS. Al-An’am ayat 2. Di ayat lainnya Allah SWT menyatakan, “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” QS. An-Nisaa ayat 78. Atas dasar bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak dapat lepas dari takdir Allah SWT maka dalam menjalankan bisnis asuransi yang berkaitan dengan aspek ini perlu diperkenalkan atau diintrodusir corporate value yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan di bidang lain. Corporate value yang menjelma menjadi industry value perlu ditanamkan di kalangan insan perindustrian asuransi tanpa melihat dari mana perusahaan tersebut berasal. Industrial value yang mengakar dan tertanam kuat di kalangan industri asuransi akan mampu menyatukan dan menjiwai hubungan antar perusahaan sehingga secara kuantitas dan kualitas, nilai-nilai yang berlaku dapat menjadi semacam budaya perusahaan yang baku, diantaranya diperlukan corporate value yang mengedepankan aspek amanah dan kejujuran, profesional, dan kebersamaan. Jika nilai-nilai di atas terus dipupuk dan ditegakkan sesama pelaku industri asuransi, niscaya keberadaan industri ini akan mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat, serta mampu menjadi pilar bagi keamanan ekonomi nasional. Lihat Bisnis Selengkapnya Page 3 Industri bisnis asuransi yang berjalan pada umumnya memiliki karakter yang sangat berbeda dengan industri-industri lainnya. Tidak ada objek berupa barang atau produk fisik yang mudah dilihat dengan mata. Bisnis asuransi adalah “bisnis janji” di mana manfaatnya baru bisa dinikmati atau diperoleh saat konsumen mengalami kerugian saat terjadi suatu musibah atau kecelakaan. Jika dalam jual beli produk fisik, tanggung jawab penjual atau produsen biasanya dibatasi setelah masa warranty berakhir tidak lebih dari 1 tahun, maka dalam asuransi, masa tanggung jawab atau liability perusahaan asuransi akan berjalan terus sejak polis dinyatakan aktif sampai dengan tanggal berakhirnya pertanggungan. Dalam dunia risk management, beberapa risiko yang dialami atau dihadapi secara operasional akan dialihkan transferred ke perusahaan asuransi. Sebagian risiko yang dihadapi mungkin akan ditahan sendiri sebagai own retention atau self insurance guna meminimalisir cost atau biaya asuransi. Nilai potensi kerugian yang terjadi dalam berbagai aktivitas bisnis sesungguhnya sulit untuk dikuantifikasi atau diukur. Risiko yang dialihkan ke perusahaan asuransi dan dikelola secara keseluruhan dalam entitas bisnis asuransi pada dasarnya hanya sebagian kecil dari potensi risiko yang sebenarnya. B anyak risiko-risiko yang tidak dapat diakomodir secara bisnis oleh entitas bisnis asuransi, seperti risiko politik, risiko kehilangan pasar atau market, risiko berkurangnya nilai barang karena tidak terjual, dan lain-lain. Perusahaan asuransi terbatas hanya menjamin risiko-risiko yang dapat diukur secara finansial nilai kerugiannya, seperti bangunan pabrik atau inventory yang rusak atau musnah karena kebakaran, dinding pembatas pabrik yang jebol karena terjangan banjir, atau struktur beton bangunan yang retak karena peristiwa gempa bumi, dan sebagainya. Dengan demikian, secara spiritual, potensi riil risiko yang dialami manusia adalah sesuatu yang bersifat kecil saja dibandingkan dengan sisanya yang masih menjadi rahasia Allah SWT. Dalam pendekatan teologi, sesungguhnya bisnis asuransi adalah bisnis yang sejatinya memerlukan hubungan yang kuat antara manusia dengan Allah SWT karena apa pun yang terjadi selama bukan unsur kesengajaan, semuanya mengikuti kehendak Allah atas dasar takdir dan kehendak-Nya. Sayangnya, di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam masih ditemui persepsi atau pandangan yang kurang tepat mengenai asuransi dimana sebagian kaum muslim di negeri ini menyatakan bahwa asuransi adalah “alat” untuk melawan takdir Allah SWT. Pandangan ini tentu saja perlu diluruskan bahwa kecelakaan atau kematian seseorang memang merupakan hak prerogatif Allah SWT yang tidak bisa dicegah oleh siapa pun dan kekuatan mana pun peristiwa ini termasuk kejadian yang tidak ditentukan oleh nidzom wujud namun berada diluar kekuasan manusia. Allah SWT berfirman “Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal kematianmu” QS. Al-An’am ayat 2. Di ayat lainnya Allah SWT menyatakan, “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” QS. An-Nisaa ayat 78. Atas dasar bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak dapat lepas dari takdir Allah SWT maka dalam menjalankan bisnis asuransi yang berkaitan dengan aspek ini perlu diperkenalkan atau diintrodusir corporate value yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan di bidang lain. Corporate value yang menjelma menjadi industry value perlu ditanamkan di kalangan insan perindustrian asuransi tanpa melihat dari mana perusahaan tersebut berasal. Industrial value yang mengakar dan tertanam kuat di kalangan industri asuransi akan mampu menyatukan dan menjiwai hubungan antar perusahaan sehingga secara kuantitas dan kualitas, nilai-nilai yang berlaku dapat menjadi semacam budaya perusahaan yang baku, diantaranya diperlukan corporate value yang mengedepankan aspek amanah dan kejujuran, profesional, dan kebersamaan. Jika nilai-nilai di atas terus dipupuk dan ditegakkan sesama pelaku industri asuransi, niscaya keberadaan industri ini akan mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat, serta mampu menjadi pilar bagi keamanan ekonomi nasional. Lihat Bisnis Selengkapnya Page 4 Industri bisnis asuransi yang berjalan pada umumnya memiliki karakter yang sangat berbeda dengan industri-industri lainnya. Tidak ada objek berupa barang atau produk fisik yang mudah dilihat dengan mata. Bisnis asuransi adalah “bisnis janji” di mana manfaatnya baru bisa dinikmati atau diperoleh saat konsumen mengalami kerugian saat terjadi suatu musibah atau kecelakaan. Jika dalam jual beli produk fisik, tanggung jawab penjual atau produsen biasanya dibatasi setelah masa warranty berakhir tidak lebih dari 1 tahun, maka dalam asuransi, masa tanggung jawab atau liability perusahaan asuransi akan berjalan terus sejak polis dinyatakan aktif sampai dengan tanggal berakhirnya pertanggungan. Dalam dunia risk management, beberapa risiko yang dialami atau dihadapi secara operasional akan dialihkan transferred ke perusahaan asuransi. Sebagian risiko yang dihadapi mungkin akan ditahan sendiri sebagai own retention atau self insurance guna meminimalisir cost atau biaya asuransi. Nilai potensi kerugian yang terjadi dalam berbagai aktivitas bisnis sesungguhnya sulit untuk dikuantifikasi atau diukur. Risiko yang dialihkan ke perusahaan asuransi dan dikelola secara keseluruhan dalam entitas bisnis asuransi pada dasarnya hanya sebagian kecil dari potensi risiko yang sebenarnya. B anyak risiko-risiko yang tidak dapat diakomodir secara bisnis oleh entitas bisnis asuransi, seperti risiko politik, risiko kehilangan pasar atau market, risiko berkurangnya nilai barang karena tidak terjual, dan lain-lain. Perusahaan asuransi terbatas hanya menjamin risiko-risiko yang dapat diukur secara finansial nilai kerugiannya, seperti bangunan pabrik atau inventory yang rusak atau musnah karena kebakaran, dinding pembatas pabrik yang jebol karena terjangan banjir, atau struktur beton bangunan yang retak karena peristiwa gempa bumi, dan sebagainya. Dengan demikian, secara spiritual, potensi riil risiko yang dialami manusia adalah sesuatu yang bersifat kecil saja dibandingkan dengan sisanya yang masih menjadi rahasia Allah SWT. Dalam pendekatan teologi, sesungguhnya bisnis asuransi adalah bisnis yang sejatinya memerlukan hubungan yang kuat antara manusia dengan Allah SWT karena apa pun yang terjadi selama bukan unsur kesengajaan, semuanya mengikuti kehendak Allah atas dasar takdir dan kehendak-Nya. Sayangnya, di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam masih ditemui persepsi atau pandangan yang kurang tepat mengenai asuransi dimana sebagian kaum muslim di negeri ini menyatakan bahwa asuransi adalah “alat” untuk melawan takdir Allah SWT. Pandangan ini tentu saja perlu diluruskan bahwa kecelakaan atau kematian seseorang memang merupakan hak prerogatif Allah SWT yang tidak bisa dicegah oleh siapa pun dan kekuatan mana pun peristiwa ini termasuk kejadian yang tidak ditentukan oleh nidzom wujud namun berada diluar kekuasan manusia. Allah SWT berfirman “Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal kematianmu” QS. Al-An’am ayat 2. Di ayat lainnya Allah SWT menyatakan, “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” QS. An-Nisaa ayat 78. Atas dasar bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak dapat lepas dari takdir Allah SWT maka dalam menjalankan bisnis asuransi yang berkaitan dengan aspek ini perlu diperkenalkan atau diintrodusir corporate value yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan di bidang lain. Corporate value yang menjelma menjadi industry value perlu ditanamkan di kalangan insan perindustrian asuransi tanpa melihat dari mana perusahaan tersebut berasal. Industrial value yang mengakar dan tertanam kuat di kalangan industri asuransi akan mampu menyatukan dan menjiwai hubungan antar perusahaan sehingga secara kuantitas dan kualitas, nilai-nilai yang berlaku dapat menjadi semacam budaya perusahaan yang baku, diantaranya diperlukan corporate value yang mengedepankan aspek amanah dan kejujuran, profesional, dan kebersamaan. Jika nilai-nilai di atas terus dipupuk dan ditegakkan sesama pelaku industri asuransi, niscaya keberadaan industri ini akan mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat, serta mampu menjadi pilar bagi keamanan ekonomi nasional. Lihat Bisnis Selengkapnya .
  • t9dbxltboq.pages.dev/40
  • t9dbxltboq.pages.dev/882
  • t9dbxltboq.pages.dev/821
  • t9dbxltboq.pages.dev/306
  • t9dbxltboq.pages.dev/280
  • t9dbxltboq.pages.dev/935
  • t9dbxltboq.pages.dev/530
  • t9dbxltboq.pages.dev/99
  • t9dbxltboq.pages.dev/963
  • t9dbxltboq.pages.dev/390
  • t9dbxltboq.pages.dev/455
  • t9dbxltboq.pages.dev/329
  • t9dbxltboq.pages.dev/161
  • t9dbxltboq.pages.dev/988
  • t9dbxltboq.pages.dev/179
  • industri asuransi memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya